Post

Hafal Al-Qur’an?

Kian marak tayangan televisi yang menayangkan anak-anak kecil mengahafal Al-Qur’an terutama di bulan suci di mana keimanan meningkat ratusan derajat. Di bulan lain, agama minggir dulu, jangan kacaukan acara-acara pencarian bakat lain yang diselingi drama pertikaian dengan membuka keburukan-keburukan para pengisi acara. Bisa jadi, nyanyinya cuma lima menit, tapi ngobrolnya bisa sampai iklan. Tujuannya apalagi kalau bukan buat rating.
Tampaknya, kecerdasan kita sedang diuji.

Kian marak juga metode atau semacam tips agar anak mampu menghafal Al-Qur’an dengan cepat. Tapi apa yang didapatkan dari seorang anak yang bisa menghafal Qur’an di usia dini? cuma kebanggaan. Bagaimana jika anak diajari terlebih dahulu berakhlak secara Qur’an. Menghafal cuma mengingat, mengingat bisa dilakukan oleh siapa pun dan kapan pun.
Tengoklah bagaiamana seorang Abdurrahman bin Muljam tanpa tedeng aling-aling membunuh Sayyidina Ali yang sudah dipatenkan oleh Rasul sebagai penghuni surga tanpa verifikasi. Hanya dengan alibi bahwa Ali telah memakai hukum selain hukum Allah, maka darahnya adalah halal untuk ditumpahkan. Muljam seolah menjadi pembela islam paling depan, ahli surga paling ahli dari semua ahli, atau manusia paling dicintai oleh Tuhannya yang entah yang mana. Ali tumbang di tangan seorang hafidz Qur’an.
Yang salah bukan karena ia seorang hafidz. Ia cuma menjadi korban dari obsesi laku spiritual yang tidak diimbangi laku sosial. Menjadi hafidz adalah baik, saya pun punya sedikit impian agar kelak punya anak seorang hafidz Qur’an. Tapi sebelum ia menghafal, akan saya katakan beberapa hal padanya;
Nak, Qur’an bukan cuma untuk engkau hafalkan, lebih dari itu kau punya tanggung jawab untuk berakhlak qur’ani. Hafalanmu tidak ada artinya jika hanya membuatmu bangga. Banyak orang yang hafal, tapi sedikit saja yang paham. Pahami hafalanmu, berikan banyak kebaikan untuk orang-orang sekitarmu. Kasihi dan lindungi mereka. Jaga akidahmu, karena inilah yang menurut kita benar. Karena menurut kita benar, jadi jangan marah jika menurut orang lain kita salah. Tidak usah kau terlalu tergila-gila pada agamamu ini, agama cuma jalan bukan tujuan. Marah karena agama justru membuat kita makin terlihat konyol. Agama mengajarkan air, bukan api. Iblis terbuat dari api. Dan yang membakar rumah-rumah Tuhan itu, ialah orang-orang yang menghadirkan iblis berkedok malaikat. Seolah salih padahal salah.
Nak, jika sedang menghafal, tolong suaranya dikecilkan. Khawatir di dekatmu ada kucing yang sedang tidur. Kau tidak punya hak apa pun atas dirimu, tapi makhluk lain punya hak atas dirimu. Pikirkan itu. Teruskan hafalan Qur’anmu sampai kau juga hafal Tuhanmu. Hentikan hafalanmu jika engkau merindukan pujian. Puja-puji manusia cuma asap, makin tinggi makin tak terlihat.


Sirin Sujiwo

Categories