SYUBHAT-SYUBHAT YANG BIASA DILONTARKAN OLEH KALANGAN ANTI MAULID, BERIKUT JAWABANNYA
1. Perayaan maulid tidak pernah dilakukan oleh Nabi, para sahabat,
juga tidak pernah dilakukan oleh tabi’in. Seandainya perayaan maulid
Nabi memang baik niscaya Nabi, para sahabat dan para tabi’in akan
melaksanakannya jauh sebelum kita.
Jawabannya:
Ada kisah yang hampir sama dengan persoalan ini. Yaitu, bahwa Sayyidina
Abu Bakar pernah berkata kepada Sayyidina Umar, ketika Abu Bakar
bermusyawarah dengan Umar perihal persoalan mengumpulkan al Quran.
Kata Sayyidina Abu Bakar, “Bagaimana mungkin aku akan melakukan sebuah persoalan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?”
Maka Sayyidina Umar menjawab, “Namun hal itu (mengumpulkan al Quran)
–demi Allah- sungguh sangat baik.” (HR. al Bukhari, dalam Bab laqad
jâ’akum Rasûlun min anfusikum).
Maka dapat diambil kesimpulan
dari kisah ini, bahwa segala sesuatu yang baik, sangat perlu untuk
dilaksanakan. Meskipun tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.
Lebih-lebih meskipun tidak dilaksanakan oleh para sahabat dan tabi’in.
2. Dalam perayaan maulid Nabi ada unsur yang mengurangi keagungan Nabi
saw. Hal itu karena pelaksanaan maulid Nabi hanya terbatas pada satu
hari saja dalam satu tahun.
Jawabannya:
Kami (pencinta
perayaan maulid) tidak membatasi memuji Rasulullah dan bergembira atas
kelahiran Rasulullah hanya tepat pada hari kelahiran Nabi saja. Kami
senantiasan memuji Nabi dan bergembira atas kelahiran Nabi pada setiap
saat. Hanya saja kami lebih memperbanyak pujian kami kepada Nabi tepat
pada hari kelahirannya.
Bukankan Anda juga tahu, bahwa Nabi
mengkhususkan menambah dan memperbanyak bersyukur atas kelahirannya
dengan disunnahkannya puasa hari Senin?!
Demikian juga dengan
persoalan kesunnahan puasa pada hari ‘Asyura’, yang mana menurut Nabi
hal itu merupakan bentuk syukur kita kepada Allah, karena di hari itulah
Allah menyelamatkan Nabi Musa. Lalu bagaimana pandangan Anda terhadap
puasa ‘Asyura’, apa ia merupakan pembatasan syukur kita kepada Allah
atas keselamatan Musa, atau apakah merupakan tambahan syukur?!
3.
Bagaimana bisa kita merayakan maulid Nabi tepat pada tanggal 12 Rabi’ul
Awal, sementara di tanggal yang sama merupakan hari kewafatan
Rasulullah?
Jawabannya:
Bertepatannya hari kelahiran Nabi
dengan hari kewafatan Nabi tidak menafikan kemuliaan hari kelahiran Nabi
saw. Bukankah telah diriwayatkan dalam Sunan an Nasa’i, bahwa
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk paling mulianya hari-hari
kalian adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Juga pada hari
itu pula Adam dicabut nyawanya.”
Hari Jumat adalah paling agungnya hari. Meskipun hari Jumat merupakan hari kewafatan Nabi Adam.
4. Kalau perayaan maulid memang baik, niscaya Nabi akan melakukannya.
Demikian pula para sahabat, pasti akan melakukannya. Apakah (para
pencinta perayaan maulid) merasa lebih mencintai Rasulullah dibanding
para sahabat?
Jawabannya:
Diriwayatkan dalam hadis sahih,
“Sesungguhnya Sayyidatuna ‘A’isyah berkata: Aku tidak pernah melihat
Baginda Rasulullah salat Dluha. Akan tetapi aku melakukannya.”
Maka mengapa orang yang berhujjah seperti di atas tidak mengatakan
demikian kepada Sayyidatuna ‘A’isyah, “Mengapa engkau (‘A’isyah)
melakukan salat Dluha? Sedang engkau sendiri, wahai ‘A’isyah, telah
menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah melakukan salat Dluha? Jika
memang salat Dluha itu baik, niscaya Nabi akan melakukannya?!”. Mengapa
yang kontra perayaan maulid tidak pernah menyatakan demikian?
Al
Imam as Syafi’i pernah berkata, “Aku melihat di depan rumah Imam Malik
seekor kuda dari Khurasan dan bighol (hewan hasil peranakan antara kuda
dan himar) dari Mesir.
Lalu aku katakan,’ alangkah bagusnya kuda dan bighol ini’.
Maka Imam malikpun berkata, ‘kuda dan bighol itu aku hibahkan kepadamu’.
Aku katakan, ‘Tidak. Biarkan kuda dan bighol itu tetap menjadi milikmu. Untuk engkau jadikan tunggangan.’
Kemudian Imam Malik berkata, ‘Aku malu untuk menginjak tanah Rasulullah dengan terompah tunggangan.”
Dalam kisah itu Imam Syafi’i tidak mengatakan kepada Imam Malik –misalnya-, “eng
kau mengaku lebih mencintai Rasulullah daripada para sahabat? Sedang
para sahabat faktanya berjalan di kota Madinah dengan memakai
sandal-sandal mereka. Apakah bentuk kecintaan dengan melepas sandal di
Madinah itu tidak dimengerti oleh para sahabat, sedangkan engkau yang
paham?”.
Ibnul Qoyyim (murid Ibnu Taimiyah) berkata, “Aku
mendengar Ibnu Taimiyah pernah berkata, barang siapa rutin membaca ‘ya
hayyu ya qoyyum, lâ ilâha illâ anta’ setiap hari, di antara salat sunnah
sebelum salat Subuh dan salat Subuh, sebanyak 40 kali, maka Allah akan
menghidupkan hatinya.
Mengapa tidak pernah kita dengar ocehan
dari orang-orang yang kontra perayaan maulid untuk perkataan Ibnul
Qayyim ini? Mengapa tidak pernah kita dengar mereka –misalnya-
mengatakan, kalau seandainya amalan seperti yang dianjurkan oleh Ibnu
Taimiyah itu baik niscaya Rasulullah-dan para sahabat-lah yang terlebih
dahulu akan melakukan amalan tersebut.
DIKUMPULKAN DARI BERBAGAI SUMBER. OLEH MUHAMMAD HASAN ABDUL MU'IZ
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Robbana Taqobbal Minna.
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin
Semoga Bermanfaat.
Lajnah bahtsul masail LPI MUDI mesra