Post

Membongkar Kebohongan Kisah Bahwa Wali Songo Menolak Selamatan/Tahlilan

Sudah lama saya membaca beberapa buku dan web milik Wahhabi tentang kisah Wali Songo, yang dikisahkan bahwa Wali Songo dalam menyikapi masalah tradisi selamatan, tahlilan dan sebagainya terpecah menjadi dua kubu : Kubu Putihan dan Kubu Abangan. Kubu Putihan menolak tradisi selamatan, tahlilan dan sebagainya dengan alasan bahwa semua itu bid’ah dan berasal dari Hindu, sedangkan yang Kubu Abangan mempertahankannya dengan alasan nanti ada generasi yang akan meluruskannya.

Komentar saya terhadap kisah di atas :
Saya (Dafid Fuadi) menegaskan bahwa kisah tersebut adalah Palsu (Maudhu’) dengan alasan-alasan berikut :
1. Kisah tersebut sangat nampak didramatisir bahkan mirip perdebatan antara Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan Wahhabi pada masa sekarang ini.
2. Dari mana bisa merekam dialog antar Wali Songo secara detail antara pihak yang setuju selametan/tahlilan dengan pihak yang tidak setuju. Apalagi di Jawa tidak ada tradisi periwayatan kisah melalui sanad sebagaimana tradisi periwayatan hadits Rasulullah atau ilmu atau kisah di kalangan bangasa Arab pada zaman dulu. Jangankan dialog antar Wali Songo, dialog antar Rasulullah dan para shahabat saja itu saja masih sering ada perbedaan baik dari teks, isi maupun validitasnya padahal sudah ada tradisi ilmu sanad dan melalui proses seleksi sanad yang ketat.
3. Kisah tersebut bersumber dari tulisan yang dianggap sebagai dokumen yang bernama“Het Book van Mbonang”yang tersimpan di Museum Leiden Belanda, yang telah dikaji para orientalis Belanda yang jelas kafirnya itu, seperti Dr. Bjo Schrieke tahun 1816 , dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881 , Dr. Da Rinkers tahun 1910 , dan Dr. Pj Zoetmulder Sj , tahun 1935. Pada masa era imperialis Barat, pada umumnya hasil penelitian dan tulisan para orientalis ditujukan untuk melancarkan penjajahan dengan mengadu domba bangsa yang dijajah, melalui kisah-kisah palsu semacam itu.
4. Banyaknya kisah Wali Songo yang ditulis dalam bentuk Babad pada era-era jauh setelah Wali Songo yang tidak lepas dari campur tangan penjajah saat itu yang tentunya mempunyai tendesi politik kuat untuk menancapkan kekuasaannya di Nusantara. Babad itu salah satu karya sastra Jawa yang isinya mirip novel pada saat ini, tapi menggunakan setting cerita masa lalu dan tokoh-tokoh nyata, dengan alur cerita fiktif yang tujuannya untuk menjadikanya sebagai karya sastra yang indah dan menarik untuk dibaca meski alur kisahnya palsu.
5. Antar personil Wali Songo masa hidupnya banyak yang tidak dalam kurun waktu yang bersamaan, karena hubungan mereka antara generasi kakek, putra dan cucu, sehingga tidak mungkin bisa secara massif dikelompokkan menjadi dua kubu, Kubu Putihan dan Kubu Abangan.
6. Selametan atau Tahlilan tidak bisa dianggap sebagai warisan Hindu, karena dari akar kata istilah saja, “selametan dan tahlilan” itu dari Bahasa Arab, bukan dari bahasa Sansekerta atau Jawa kuno atau bahasa Hindu, bahkan tentang selamatan kematian 7 hari malah bisa dapatkan dengan mudah di kitab-kitab para ulama, misalnya dalam kitab “Al-Hawi lil Fatawi” karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi jilid 2 halaman 178 sebagai berikut:
عَنْ سُفْيَانَ قَالَ : قَالَ طَاوُس: اِنَّ الْمَوْتَى يُفْتَنُونَ فِى قُبُورِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوا يَسْتَحِبُّونَ أَنْ يُطْعَمَ عَنْهُمْ تِلْكَ اْلأَيَّامَ
Dari Sufyan sambil berkata: Telah berkata Imam Thawus (wafat kira-kira tahun 110 H / 729 M): Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka mereka menganjurkan diadakan jamuan makan (selametan) untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut.
Lalu ketika Anda membaca riwayat di atas, apakah Anda akan menganggap bahwa Imam Suyuthi dan para Tabi’in (seperti Al Imam Sufyan, Al Imam Thowus dsb) telah meniru orang Hindu? Jawabannya tentu TIDAK MUNGKIN.
7. Orang Wahhabi yang selama ini sangat anti pati dengan sumber-sumber dari orientalis yang kafir itu, tapi mengapa dalam masalah kisah Wali Songo ini mereka begitu yakin dan menerima dengan mutlak bahwa itu merupakan dokumen valid.???
8.Bahkan sebagian orang Wahhabi ada yang menolak adanya Wali Songo sebagai penyebar Islam di Nusantara, menurut mereka yang menyebarkan Islam di Nusantara adalah kaum paderi ( Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang) bukan Wali Songo, menurut mereka Wali Songo itu tidak ada, tapi masalah ini sudah dijawab dengan bagus oleh Bapak Agus Sunyoto (Pakar Sejarah/Ketua PB LESBUMI NU) dengan Atlas Walisongonya yang terkenal itu yang membuktikan adanya Wali Songo.secara otentik
9. Wahhabi memang jago klaim, sudah banyak tokoh-tokoh penting yang diklaim oleh mereka sebagai pendukung mereka, sampai Wali Songo pun diklaim sejalan dengan mereka. Hal ini semakin membuktikan bahwa Wahhabi memang makhluk yang telah dikutuk oleh Rasulullah SAW sebagai Qornusy Syaithan (Tanduk Setan) dari Najed.
WALLAHUL MUSTA’AN
S E K I A N
ttd
Dafid Fuadi